Bergurau dengan Sains

Diary of a Garbage Lady (1): Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

September 17, 2017 | Comments Off on Diary of a Garbage Lady (1): Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

TPST Piyungan, 5 September 2017

Pada saat kita “membuang sampah”, sebetulnya apa yang kita lakukan? Apakah kita betul-betul melenyapkan sampah kita? Tentu saja tidak. Hukum kekekalan massa menyebutkan bahwa sehebat-hebatnya manusia, kita tetap saja tidak bisa menciptakan massa, bahkan menghilangkannya pun tidak bisa. Yang bisa kita lakukan hanya memindahkan tempatnya. Jadi, kembali ke soal sampah tadi, membuang sampah tidak melenyapkan sampah, tetapi hanya “melenyapkannya dari pandangan kita”. Sampahnya sendiri tetap ada, dia berpindah tempat beberapa kali, sampai akhirnya ditumpuk di lokasi yang kita sebut sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPA). Sekarang kebanyakan namanya berubah menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tetapi buat saya, penampakan fisiknya tidak berbeda jauh saat masih TPA atau sekarang sudah menjadi TPST.

Tumpukan sampah di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta (foto koleksi pribadi)

Sebetulnya saya tidak pernah terlalu memikirkan sampah saya juga selama kurang-lebih 40 tahun hidup saya ini. Saat kemudian nasib membawa pekerjaan saya masuk ke tempat-tempat pembuangan sampah, saya jadi lebih perhatian dengan gaya hidup persampahan saya. Tanpa saya sadari, rata-rata setiap hari saya (selaku salah satu penganut gaya hidup urban) membuang kurang-lebih 0.5 kg sampah dalam berbagai bentuknya.

 

 

 

Sebuah publikasi di medialingkungan.com menyebutkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan “memproduksi” sampah sejumlah 130 ribu ton/hari. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memiliki angka “mengerikan” bahwa ternyata ibukota kita itu sangat produktif dalam menghasilkan sampah, yaitu sebanyak kurang-lebih 6000 ton/hari. Wow ….

Di tahun 2007, sebuah pekerjaan penelitian tentang penanggulangan masalah sampah membawa saya ke TPST Bantargebang. Pengalaman tersebut benar-benar tidak terlupakan. Pertama kalinya saya masuk ke TPST, langsung ke lokasi yang tidak tanggung-tanggung. Walaupun TPST ini pernah mendapatkan predikat TPST Terbaik di Indonesia, dengan jumlah “sampah segar” yang terus-menerus disetor oleh Jakarta sebanyak 6000 ton/hari itu, tempat ini tetap saja jauh dari standar kenyamanan.

Yang membuat saya terhenyak adalah kenyataan bahwa ribuan orang hidup dari sampah dan tinggal di lingkungan tumpukan sampah ini. Tidak ada regulasi yang mengijinkan hal semacam ini. Tetapi tidak ada pula enforcement penegakan larangan manusia mendekat-dekat ke area sampah ini. Orang-orang ini, yang jauh kurang beruntung dibandingkan para pembuang seperti saya, berfungsi penting di TPST Indonesia sebagai pemilah sampah. Para “pemilik terdahulu”dari barang-barang sampah ini bahkan tidak peduli untuk memilah. Tanpa orang-orang yang hidupnya bergantung pada seberapa banyak mereka bisa mengais-ngais di TPST, sudah sejak kemarin-kemarin Indonesia jadi headline berita dunia karena negeri kita tertimbun sampah. Itulah uniknya TPST di Indonesia, yang di luar negeri sana disebut landfill site. Di Indonesia, manusia adalah bagian INTEGRAL dari sebuah TPST.

 

Manusia di tengah sampah (foto koleksi pribadi, lokasi di Pasar Induk Kramatjati)

 

Anak-anak berlarian di depan gubuk-gubuk pemulung (foto koleksi pribadi, lokasi TPST Bantargebang)

“Pemerintah bagaimana sih? Kok dibiarkan saja?” … itu komentar yang cepat sekali terlontar jika dipresentasikan fakta-fakta mengerikan soal sampah Indonesia. Saya pribadi cenderung merasa kasihan kepada orang-orang yang disebut “pemerintah”.  Problem sampah Indonesia sudah terlalu berat untuk dibebankan pada pemerintah. Memang ada porsi yang seyogyanya dilakukan oleh pemerintah. Tetapi masalah utamanya tentunya adalah pada golongan “pencipta sampah”, yaitu KITA SEMUA INI.

Coba cek tempat sampah masing-masing: apakah tidak ada yang bisa kita lakukan, dari diri kita sendiri, daripada mengkambinghitamkan pemerintah?

Silakan “nikmati” catatan visual CLEAN Project tentang sampah kita di tautan berikut ini: Film Clean Project – USAID PEER Science ” Kompleksitas Problem Limbah Organik “

Publikasi ilmiah (link ke paper):

Mathematical Modelling and Statistical Approach to Assess the Performance of Anaerobic Fixed Bed Reactor for Biogas Production from Piyungan Sanitary Landfill Leachate – Energy Procedia